Kebahagiaan Dunia Anak-anak |
Pa’ Kopa’ Eling
adalah tradisi permainan anak-anak di Madura, yang pada jamannya cukup diminati
Dan merupakan bagian tradisi dalam bentuk sastra lisan masyarakat Madura yang
Memilik Pesan Etika dan Moral Yang Di Tanamkan Pada Masyarakat Madura Sejak
Kecil Tapi kini sudah mulai hilang. Untuk sekedar mengingatkan kembali dibawah
akan dikupas salah satunya, yaitu permainan anak Pa kopa’ eling:
Pa’ Kopa’ Eling
Pa’ kopa’ eling...
Elingnga sakoranji...
Eppa’na olle paparing...
Ana’ tambang tao ngaji...
Ngaji babana cabbi...
Ka’angka’na sarabi potthon...
E cocco’ dhangdhang pote keba
mole...
E cocco’ dhangdhang celleng keba
melleng...
Terjemahan bebas :
Bertepuk-tepuk ingat, sadar
sekeranjang...
sang bapak mendapatkan anugerah...
anak bodoh jadi (bisa) mengaji...
mengaji di bawah cabai, suguhannya
serabi gosong...
di patuk elang putih di bawa
pulang...
di patuk elang hitam dibawa nakal...
Terang bulan (purnama) merupakan
waktu yang senantiasa ditunggu-tunggu, karena pada saat terang bulan tersebut
bulan hanya anak-anak yang bersuka cita, tetapi juga orang tua. Biasanya pada
saat terang bulan anak-anak berkumpul di halaman rumah, dan kemudian
berkelompok. Biasanya yang paling disukai oleh anak-anak adalah menyanyikan lagu
Pa’ Kopa’ Eling, secara bergantian mereka menyanyikan lagu ini dan disertai
pula dengan tepuk tangan. Makna yang Tersirat dalam Bait-Bait Syair yair-syair
yang terdapat pada lantuman nada-nada di atas sangatlah sederhana, namun
apabila di kaji lebih mendalam maka syair-syair tersebut mengandung makna yang
demikian mendalam. Makna tersebut berisi nasehat tentang manusia dan jiwa
spiritual yang harus dimilikinya.
Sebagai Khalifah di muka bumi,
manusia mempunyai tugas yang sangat mulia yaitu menjadi pemimpin. Oleh sebab
itu pemenuhan kebutuhan spiritual sama pentingnya dengan kebutuhan material.
Dengan demikian akan tercipta kehidupan yang serasi, seimbang, dan harmonis.
Dengan berbekal pengetahuan agama yang kuat maka manusia tidak mudah tergoda
dan terombang-ambing oleh perubahan serta dinamika perubahan jaman.
Pemenuhan kebutuhan spiritual
(agama) merupakan sesuatu yang sangat signifikan. Oleh sebab itu sejak usia
dini anak-anak diperkenalkan dengan nilai-nilai agama, yaitu dengan jalan
melaksanakan proses pembelajaran. Sejak kecil anak-anak diwajibkan mengaji,
shalat, puasa serta kewajiban-kewajiban agama lainnya. Proses pembelajaran
tersebut dilakukan secara bertahap, terus menerus, dan berkesinambungan serta
disesuaikan dengan usia kematangan dan pertumhuhan anak. Sebagaimana terdapat
pada kalimat, //ana’ tambang tao ngaj, ngaji babana cabbi//,( //anak bodoh jadi
(bisa) mengaji, mengaji di bawah cabai//)
Sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial, masyarakat komunal menciptakan suatu tatanan agar dalam menjalankan
kebersamaan (kehidupan bersama) berjalan secara harmonis. Dan tatanan tersebut,
baik yang tertulis maupun tidak tertulis secara berkesinambungan ditransferkan
kepada generasi berikutnya melalui pendidikan informal dalam keluarga,
lingkungan masyarakat maupun pendidikan formal di sekolah-sekolah. Hal itu
termaktup dalam kalimat, “Pa’ kopa’ eling, elingnga sakoranji” //
Bertepuk-tepuk ingat, sadar sekeranjang //. Kalimat tersebut mengingatkan bahwa
betapa pentingnya sebuah kesadaran untuk menuntut ilmu.
Untuk mendapatkan generasi yang
ber-kualitas, orang tua mempunyai tanggung jawab serta memegang peranan utama
sebagai pendidik pertama sekaligus motivator bag keberhasilan pendidikan putra
putrinya. Sebagaimana tertera dalam kalimat, “eppa’na olle paparing”, (bapak
mendapatkan anugerah). Dan anugerah tersebut merupakan kegembiraan,
kebahagiaan, dan kebanggaan bagi bapak karena sang anak telah mampu menyerap
dan menguasai ilmu.
Adapun nilai etika dan moralitas
yang tinggi dalam puisi di atas adalah, hendaknya ilmu yang dimiliki tidak
disalahgunakan d an benar-benar diamalkan karena ilmu mempunyai dua sisi
dimensi, yaitu kebaikan dan kejahatan. Ilmu akan menjadi suatu bencana apabila
dipergunakan oleh orang-orang yang mempunyai moral rendah dan tidak bertanggung
jawab, sebaliknya ilmu akan mendatangkan manfaat serta kemaslahatan bagi umat
manusia apabila berada di tangan-tangan manusia yang mempunyai moralitas
tinggi. Hal tersebut dapat disimak pada bait,
“e cocco’ dhangdhang pote keba mole,
e cocco’ dhangdhang celleng keba melleng” (di patuk elang putih di bawa pulang,
di patuk elang hitam dibawa nakal)...
(Agus Lempar)
Posting Komentar