Tulisan Ini Di Buat Di Saat Mengikuti Proses Hunting Lokasi Untuk Syuting
Film “ Bercanda Dengan Nyawa “ yang Di Sutradarai Bang Dedi Setiadi dan Di
Produseri H. Dedi Mizwar...
Jadi Kata Orang Bijak “ Sambil Menyelam Minum Air “ Dan Semoga Bisa Berguna
Bagi Yang Membaca...
Permukiman tradisional Madura adalah suatu kumpulan rumah yang terdiri atas
keluargakeluarga yang mengikatnya. Letaknya sangat berdekatan dengan lahan
garapan, mata air atau sungai. Antara permukiman dengan lahan garapan hanya
dibatasi tanaman hidup atau peninggian tanah yang disebut galengan atau tabun,
sehingga masing-masing kelompok menjadi terpisah oleh lahan garapannya.
Satu kelompok rumah terdiri atas 2 sampai 10 rumah, atau dihuni sepuluh2keluarga yaitu keluarga batih yang
terdiri dari orang tua, anak, cucu, cicit dan seterusnya. Jadi hubungan
keluarga kandung merupakan ciri khas dari kelompok ini...
Susunan rumah disusun
berdasarkan hirarki dalam keluarga. Barat-timur adalah arah yang menunjukan
urutan tua muda. Sistem yang demikian mengakibatkan ikatan kekeluargaan menjadi
sangat erat. Sedangkan hubungan antar kelompok sangat renggang karena letak
permukiman yang menyebar dan terpisah. Ketergantungan keluarga tertentu pada
lahan masing masing. Di ujung paling barat terletak langgar. Bagian utara
merupakan kelompok rumah yang tersusun sesuai hirarki keluarga. Susunan
barat-timur terletak rumah orang tua, anak-anak, cucucucu, dan cicit-cicit dari
keturunan perempuan. Kelompok keluarga yang demikian yang disebut koren atau
rumpun bambu. Istilah ini sangat cocok karena satu koren berarti satu
keluarga inti....
Garis keturunan masyarakatnya
adalah matrilineal. Hal ini tampak pada tata atur dan kepemilikan rumah,
meskipun saat ini mereka menganut extended family. Rumah identik
perempuan dan dimiliki bersama, artinya perempuan adalah pemilik sekaligus
pemakai rumah tetapi suatu saat pemakaian rumah bisa berpindah saat seniornya
yang meninggal dan yang muda akan menempati rumah yang lebih tua. Senior berkewajiban
terhadap kesejahteraan juniornya, lebih khusus bagi junior perempuan...
Salah satu model tanean
lanjang, yang memperlihatkan adanya pembagian dan komposisi ruang
didalamnya. Rumah berada di sisi utara, langgar di ujung barat, kandang di sisi
selatan dan dapur menempel pada salah satu sisi rumah masing-masing. Halaman
tengah inilah yang disebut dengan istilah tanean. Apabila tanean panjang
maka halaman ini disebut tanean lanjang. Tanean menurut generasi
penghuninya memiliki sebutan bermacam macam seperti pamengkang, koren,
tanean tanjang, masing masing terdiri atas tiga, empat dan lima generasi.
Tanean lanjang saat ini sangat sulit ditemukan Tulisan ini bertujuan untuk
memahami makna sesuai dengan konteks primordial masyarakatnya. Dengan memahami makna dari pola
ini diharapkan banyak hal yang bisa dikembangkan dan dipelajari lagi dari
pemikiran masyarakatnya...
PROSES TERBENTUKNYA PERMUKIMAN TRADISIONAL
MADURA
Terbentuknya permukiman
tradisional Madura diawali dengan sebuah rumah induk yang disebut dengan tonghuh.
Tonghuh adalah rumah cikal bakal atau leluhur suatu keluarga. Tonghuh
dilengkapi dengan langgar, kandang, dan dapur. Apabila sebuah keluarga
memiliki anak yang berumah tangga, khususnya anak perempuan, maka orang tua
akan atau bahkan ada keharusan untuk membuatkan rumah bagi anak perempuan.
Penempatan rumah untuk anak perempuan berada pada posisi di sebelah timurnya. Kelompok
pemukiman yang demikian disebut pamengkang, demikian juga bila generasi
berikutnya telah menempati maka akan terbentuk koren dan sampai tanean
lanjang. Susunan demikian terus menerus berkembang dari masa ke masa. Apabila
susunan ini terlalu panjang maka susunan berubah menjadi berhadapan. Urutan susunan rumah tetap dimulai dari ujung
barat kemudian berakhir di ujung timur. Pertimbangan ini dikaitkan dengan
terbatasnya lahan garapan, sehingga sebisa mungkin tidak mengurangi lahan
garapan yang ada...
Jadi, untuk melacak satu
alur keturunan dapat dilacak melalui susunan penghuni rumahnya. Generasi
terpanjang dapat dilihat sampai dengan 5 generasi yaitu di tanean lanjang.
Posisi tonghuh selalu ada di ujung barat sesudah langgar. Langgar selalu
berada di ujung barat sebagai akhiran masa bangunan yang ada. Susunan rumah
tersebut selalu berorientasi utara-selatan. Halaman di tengah inilah yang
disebut tanean lanjang. Generasi yang sangat panjang ini masih dapat ditemui
karena terjadinya perkawinan di bawah umur, bahkan banyak diantara mereka yang
dinikahkan sebelum mengalami menstruasi...
RUANG PADA TANEAN
LANJANG
Ruang Tinggal
Ruang tinggal atau rumah adalah ruang utama, memiliki satu pintu utama dan
hanya terdiri atas satu ruang tidur yang dilengkapi serambi. Ruang bagian
belakang atau bagian dalam sifatnya tertutup dan gelap. Pembukaan hanya
didapati pada bagian depan saja, baik berupa pintu maupun jendela, bahkan rumah
yang sederhana tidak memiliki jendela. Ruang dalam ini adalah tunggal, artinya
ruang ini terdiri atas satu ruang dan tanpa sekat sama sekali. Fungsi utama
ruang tersebut adalah untuk mewadahi aktifitas tidur bagi perempuan atau
anak-anak. Serambi memiliki dinding setengah terbuka, pembukaan hanya ada di
bagian depan. Fungsi utama ruang ini adalah sebagai ruang tamu bagi perempuan...
Bangunan rumah berdiri
di atas tanah, dengan peninggian kurang lebih 40 cm. Bahan lantai sangat
bervariasi mulai dari tanah yang dikeraskan sampai dengan pemakaian bahan lain
seperti plesteran dan terakota. Pemakaian bahan tergantung kepada kemampuan
ekonomi masingmasing keluarga yang menempati. Bahan untuk dinding dan struktur
terdiri dari kayu, bambu, tabing atau bidik dan tembok. Penutup
atap menggunakan genteng dan sebagian menggunakan bahan dari belli (daun
nipah), atau ata’ alang (ilalang). Bahan pintu utama rumah selalu
terbuat dari kayu, sedangkan ukiran hanya digunakan pada masyarakat yang
memiliki kemampuan ekonomi tinggi...
Susunan bangunan rumah
tinggal, antara bangunan satu dengan yang lain, ada yang tersambung ada pula yang
terlepas satu dengan yang lain. Bentuk bangunan untuk masingmasing rumah sangat
independen, tidak bergantung pada hirarki tetapi bergantung pada tingkat
ekonomi keluarganya...
Bentuk bangunan yang
digunakan dapat dibedakan melalui bentuk denah, letak tiang utama dan bentuk
atap. Berdasarkan bentuk denah bangunan dibedakan menjadi slodoran atau malang
are dan sedana. Slodoran terdiri atas satu ruang dengan dua
pintu dan satu serambi serta memiliki satu pintu keluar. Sedana memiliki
dua ruang dan dua pintu tetapi memiliki satu serambi dengan satu pintu keluar.
Kedua tipe tersebut rata-rata dimiliki masyarakat biasa...
Sementara rumah
bangsawan memiliki komposisi yang berbeda, tapi tidak dibahas dalam bahasan
ini.
Berdasarkan letak tiang
utamanya dapat dibedakan atas bangsal dan pegun. Kedua tipe
tersebut dapat dikenali melalui tampilan luarnya. Bangsal berbentuk
seperti Joglo Jawa yang terpancung di kanan kirinya, pegun seperti
limasan yang memiliki emper pada bagian depan dan belakang. Kedua tipe ini memiliki
kesamaan struktur yaitu empat sasaka (tiang) utama...
Bangsal selalu
dilengkapi bubungan nok yang berbentuk tanduk atau ekor naga, sementara pegun
tidak. Bangsal keempat tiangnya terletak di tengah dengan posisi
bujur sangkar, pegun empat tiangnya terletak di pinggir mendekati tembok
dengan komposisi empat persegi panjang...
Dari bentuk atap dikenal
istilah pacenan, jadrih, trompesan. Bentuk pacenan, hampir selalu
tampil dalam bentuk rumah tipe bangsal, dengan hiasan bubungan yang
berupa tanduk atau ekor ular. Kata ‘pacenan’ ini berasal dari kata
‘pa-cina-an’, atau seperti bangunan cina. Jadrih memiliki dua bubungan. Rumah
ini dalam penyelesaiannya bisa juga dengan sebutan pacenan karena
tercirikan pada bentuk bubungannya. Trompesan adalah atap kampung dengan
patahan tiga bagian...
Tipe bangunan pada Pemukiman Tradisional Madura
Atap Trompesan
Atas Pegun dan Atap Pacenan
Langghar
Langghar atau langgar
berada di ujung barat (kiblat), merupakan bangunan ibadah keluarga. Berfungsi
sebagai pusat aktivitas laki laki yaitu transfer nilai religi kepada juniornya,
sebagai tempat bekerja pada siang hari, tempat menerima tamu, tempat istirahat
dan tidur bagi laki laki, serta dipakai untuk melakukan ritual keseharian dan
juga sebagai gudang hasil pertanian Berukuran relatif kecil dibandingkan dengan
rumah, berstruktur panggung dengan tiang-tiang kayu atau bambu setinggi 40-50
cm. Sangger atau lantai terbuat dari bambu, kayu ataupun perkerasan bila
tidak berstruktur panggung. Memiliki dinding belakang, kanan dan kiri. Bentuk
atap jadrih, tajuk, bahkan trompesan. Bahan dinding terbuat dari
bambu, kayu atau tembok. Penutup atap dari daun sampai dengan genteng. Semua
ini tergantung kepada kemampuan ekonomi pemiliknya. Tiang penyangga bisa empat
bisa juga delapan. Bahan utama bisa dari kayu, bisa juga bambu yang kuat, atau
biasa disebut parreng tongga’an...
Kandang dan Dapur
Tata letak kandang dalam permukiman tidak memiliki posisi yang pasti,
artinya letaknya dapat berubah sesuai dengan kebutuhan. Pada permukiman awal
perletakan kandang cenderung di sisi selatan berhadapan dengan rumah tinggal.
Kandang terbuat dari bahan bambu atau kayu dengan atap daun atau genteng.
Sementara itu, dinding terdiri atas bambu atau kayu. Masing masing keluarga
memiliki kandang sendiri-sendiri. Dapur terletak di depan, di samping langgar
ataupun di belakang rumah. Bahan bangunan yang digunakan juga sangat variatif
sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarga tersebut...
Saat ini banyak
masyarakat yang tidak memiliki ternak sehingga tidak semua tanean memiliki
kandang. Ternak adalah satu kebutuhan utama bagi mereka yang kehidupannya
menggantungkan pada pertanian. apur bagi masyarakat Madura selain sebagai
tempat untuk mempersiapkan makanan bagi keluarga, berfungsi juga sebagai tempat
menyimpan hasil panen seperti jagung, umbi-umbian, dan lain lain. Dapur identik
dengan aktivitas perempuan, aktivitas perempuan banyak dilakukan di tempat ini.
ata letak dapur dalam tanean tidak tetap, pada susunan awal dapur kebanyakan
bersebelahan dengan kandang, tetapi bisa juga di sebelah langgar, di samping
rumah maupun di belakang rumah...
Tanean
Tanean merupakan ruang
utama, berada di tengah-tengah permukiman. Berupa ruang terbuka, berfungsi
sebagai tempat sosialisasi antar anggota keluarga, tempat bermain anak-anak,aTmelakukan kegiatan sehari-hari seperti
menjemur hasil panen, tempat melakukan ritual keluarga, dan kegiatan lain yang
melibatkan banyak orang. Disinilah kelebihan tanean, bahwa tanean adalah tempat
berkomunikasi dan mengikat hubungan satu keluarga dengan keluarga yang lain.
Peran tanean sangat penting, karena disinilah kebersamaan dibangun, otonomi
besar di rumah masing masing disatukan melalui ruang tersebut...
Tanean sifatnya terbuka
dengan pembatas yang tidak permanen, tetapi untuk memasuki tanean harus melalui
pintu yang tersedia. Apabila memasuki tanean tanpa melewati pintu maka akan
dianggap tidak sopan. Orang luar, khususnya laki laki, akan berada di luar
tanean apabila dalam tanean tersebut tidak ada laki laki...
MAKNA RUANG PADA TANEAN
LANJANG
Susunan ruang yang
berjajar dengan ruang pengikat ditengahnya menunjukkan bahwa tanean adalah
pusat aktivitas sekaligus sebagai pengikat ruang yang sangat penting. Sumbu
barattimur secara imajiner terlihat memisahkan antara kelompok rumah dan ruang
luar. Langgar sebagai akhiran semakin memberikan arti penting dan utama dari
komposisi ruangnya...
Peninggian lantai
bangunan juga memberikan satu nilai hirarki ruang yang semakin jelas. Akhiran
peninggian berakhir pada langgar di ujung atau akhiran sumbu barat-timur. Tata
tetak tanean lanjang memberikan gambaran tentang zoning ruang sesuai dengan
fungsinya. Rumah tinggal, dapur dan kandang di bagian timur, di bagian ujung
barat adalah langgar. Langgar memiliki nilai tertinggi, bersifat rohani
dibanding dengan bangunan lain yang sifatnya duniawi. Langgar mencerminkan
fungsi utama dalam kehidupan yang bersifat religius, suci untuk melaksanakan
ibadah lima waktu, melakukan ritual daur kehidupan dan sekaligus sebagai pusat
kegiatan sehari-hari...
Dalam kehidupan
sehari-hari, langgar memerankan fungsinya sebagai tempat kerja, sekaligus
sebagai tempat laki laki untuk mengawasi hasil bumi, ternak, istri dan anaknya.
Fungsi lain adalah untuk menerima tamu dan ruang tidur tamu laki laki yang
bermalam, juga gudang. Dalam beberapa data menyebutkan bahwa langgar
berfungsi sebagai tempat yang strategis untuk memudahkan laki laki dalam
mengawasi perempuan. Fungsi yang demikian membuat langgar memiliki arti yang
sangat penting dan spesifik...
Tinjauan terhadap
kepercayaan awal atau primordialnya, masyarakat Madura adalah masyarakat
ladang. Meskipun Kuntowijoyo (2002) menyebutkan sebagai kelompok masyarakat tegalan tetapi struktur masyarakatnya secara garis
besar adalah masyarakat primordial ladang. Ciri-ciri yang mendasari adalah
masalah pembagian ruang, kedudukan perempuan, kekerabatan, sistem
kemasyarakatan, serta posisi perkampungan terhadap lahan garapan...
Pada skema ruang di
bawah terlihat pembedaan dualisme primordial ladang, pertentangan utara-selatan,
barat-timur, laki laki-perempuan, tua-muda, kanan-kiri, gelap-terang,
atas-bawah. Utara sebagai tempat tinggal perempuan, dengan ruang yang tertutup,
gelap, tanpa bukaan kecuali di bagian depan, posisi ruang yang lebih tinggi
atau bagian atas, merupakan daerah khusus perempuan. Simbolisasi sumber
kehidupan, tempat memulainya kehidupan. Rumah hanya digunakan untuk tempat
tingal perempuan dan bagian luar atau serambi dipakai untuk menerima tamu
perempuan juga. Sebaliknya di bagian selatan adalah daerah yang terbuka,
terang, kiri, bawah, tanpa peninggian lantai adalah daerah laki laki. Barat
terletak langgar,
kematian, tua. Timur berarti awal kehidupan, generasi baru, muda (tampak
dari susunan rumahnya yang berurut dari barat ke timur adalah tua ke muda)...
Dalam primordial
masyarakat ladang makna utara-selatan adalah perempuan dan laki laki. Artinya
utara adalah tempat perempuan yang bermakna surgawi atau rohani, dunia atas
yaitu yang abadi, gelap, terbatasi, tertutup, basah. Selatan bermakna duniawi,
dunia bawah yang sekarang terang, terbuka, kering dan bebas. Namun demikian
pada susunan tenean lanjang, tampak ada penyimpangan karena susunan rumah yang
saling berhadap-hadapan. Perubahan ini terjadi karena pertimbangan pemakaian
lahan yang tidak boleh mengurangi lahan garapan, atau sedikit mungkin dalam
menggunakan lahan untuk tempat tinggal. Falsafah ini berakibat juga pada
permukiman yang sangat efektif dalam pembagian ruangnya...
Apakah hal ini terjadi
akibat dari pengaruh perkembangan Islam selanjutnya? Belum ada penelitian yang
mengungkap masalah ini. Dalam falsafah masyarakatnya, susunan yang demikian
adalah karena faktor
pengawasan laki laki
terhadap keluarganya. Susunan seperti ini memungkinkan laki laki untuk dengan
mudah mengawasi dari langgar segala aktivitas yang terjadi di tanean tersebut
(mengawasi hasil pertanian, ternak dan keluarganya)...
Denah ruang di bawah
memperlihatkan pembedaan berdasar konsep dualisme, ruang laki laki adalah
kebalikan dari ruang perempuan, laki laki yang serba terbuka, terang dan bebas.
Penghargaan terhadap perempuan yang ditempatkan pada posisi yang khusus, gelap
dan tertutup adalah ungkapan bahwa ruang perempuan adalah suatu tempat yang
sangat penting. Asal usul kehidupan untuk kelangsungan hidup keluarga adalah berasal
dari rahim ibu yang gelap dan tertutup. Demikian pula kebiasaan untuk
membuatkan rumah untuk perempuan yang sudah menikah bukanlah karena alasan
terhadap kesejahteraan belaka. Tetapi dapat dianalisis sebagai ungkapan nilai
primordial masyarakatnya, dan hal ini memberikan gambaran tentang pola
matrilineal yang terlihat dengan jelas...
Pernyataan
tersebut di atas sangat jelas dari pemahaman konsep mandala dimana paduan
barat-timur bermakna kematian (barat) dan kelahiran (timur). Jadi, inilah
alasan mengapa susunan rumah di Madura selalu berurutan dari yang tua (di
sebelah barat) dan yang paling muda (di paling timur). Terlihat dengan jelas
bahwa sumber kehidupan atau kelahiran adalah berasal dari timur, yaitu
tempatnya manusia muda. Sementara ke barat mengarah kepada bagian yang menuju
kematian yaitu yang semakin tua. Konsep ini sangat jelas ditekankan kepada pola
yang ada sampai dengan saat ini ...
Dari susunan ruangnya
dapat dibaca bahwa perempuan adalah dalam, yang berkuasa didalam keluarga,
sementara rumah sebagai perempuan sangat terlihat dari sifatnya yang tertutup
dan gelap. Sementara laki laki melengkapi peran di luar rumah, bebas, tidak
terbatas...
Kedudukan Perempuan pada
Masyarakat Madura
Kedudukan perempuan
jelas sekali posisinya, terlindungi dan memiliki posisi yang istimewa,
perempuan memiliki ruang khusus seperti misalnya rumah adalah tempat perempuan.
Peruntukan rumah adalah untuk ditinggali oleh kelompok perempuan. Rumah dihuni
oleh perempuan dan anak-anak kecil, laki laki dewasa memiliki ruang yang berada
di luar dan sifatnya sangat umum seperti misalnya langgar. Rumah adalah milik
perempuan, keluarga memiliki kewajiban untuk membuatkan rumah bagi anak
perempuan. Perempuan adalah awal kehidupan. Demikian penting perempuan terlihat
dalam beberapa budaya seperti carok...
Budaya carok di Madura
terjadi salah satunya berkisar pada perempuan. Laki laki Madura dapat memaklumi
dan memaafkan kesalahan karena masalah di luar perempuan. Tetapi bila
masalahnya menyangkut perempuan, istri utamanya, maka carok akan terjadi yaitu
sampai kepada masalah pembunuhan Menerima tamu laki laki dalam tanean juga
tidak terlalu umum apabila dalam tanean tersebut tidak ada laki laki sama
sekali. Perempuan hanya akan menyahut dari dalam dan kemudian tidak menemui
tamu tersebut. Tamu tidak akan menunggu bila di tanean tersebut juga tidak ada
laki laki...
Dalam kekerabatan memang
beberapa ahli menyebutkan bahwa Madura mengikuti pola matrilinieal dan
patrilineal Namun kalau melihat beberapa fakta seperti pembagian ruang, fungsi
ruang, pemilikan rumah, kebiasaan tinggal dalam keluarga, masyarakat Madura
dapat dikategorikan sebagai masyarakat yang menganut paham matrinelial.
Penempatan posisi rumah berurut sesuai dengan urutan susunan keluarga,
berdasarkan garis perempuan atas kelahiran atau waktu pernikahan. Rumah hanya
dipakai untuk menerima tamu perempuan. Sementara untuk ruang laki laki berada
di langgar...
Kepemilikan rumah jelas
sekali adalah milik keluarga perempuan. Karena pembangunan rumah oleh
perempuan, jadi apabila terjadi perceraian maka pihak laki lakilah yang harus
keluar. Prinsip ini sangat jelas terlihat pada kebiasaan atau aturan yang
berlaku, yaitu saat seorang laki laki menikah maka laki lakilah yang akan
tinggal bersama di dalam lingkungan keluarga perempuan. Laki laki adalah pihak
luar.
Sistem yang demikian
menurut Kuntjaraningrat (1980) disebut sebagai adat uxorilokal. Uxorilokal
adalah sistem kekeluargaan dalam satu tempat dihuni oleh satu keluarga senior
dan keluarga batih dari anak anak perempuannya...
Dari pertimbangan
tersebut jelas sekali bahwa masyarakat Madura dapat dikelompokan kepada
masyarakat yang sebenarnya mengikuti pola garis keturunan ibu, atau mengikuti
paham matrilineal. Kemungkinan sistim ini berubah karena hadirnya pengaruh Islam
yang memperkenalkan paham patrilineal. Namun artefak yang tersisa tidak
mengalami perubahan. Pertimbangan tersebut sangat masuk akal jika ditinjau
berdasarkan perkembangan garis keturunan menurut Kuntjaraningrat (1980), bahwa
perkembangan garis keturunan ibu jauh lebih tua dibanding dengan sistem
kekeluargaan dari garis keturunan laki laki. Garis keturunan yang terjadi saat
ini merupakan perkembangan dari pandangan berikutnya. Jadi kedudukan perempuan
sangatlah penting dan istimewa bagi masyarakat Madura. Oleh sebab itu,
penghargaan yang tinggi terhadap perempuan tercermin dalam pemberian rumah
kepada anakanak perempuannya sebagai suatu bentuk perlindungan. Perempuan
dimaknai sebagai awal
kehidupan...
Sistem kemasyarakatan
masyarakat Madura adalah sangat otonom dalam lingkungan kecilnya, bahkan otonom
dalam rumah tangga mereka. Hubungan kemasyarakatan kelompok masyarakatnya tidak
terlalu jelas. Pertemuan dalam masyarakat luas terjadi apabila ada hajat desaiseperti misalnya rokad desa. Tapi
ikatan terhadap satu cikal bakal desa tidak dikenal oleh masyarakat Madura.
Jika diadakan rokad di tempat-tempat keramat maka hal ini tidak mengikat
kekerabatan dan tidak mengurangi otonomi yang dimiliki kelompok tanean. Ikatan
terhadap ladang dan kelompok dalam keluarga lebih dominan daripada ikatan dalam
kelompok desanya. Kemasyarakatan yang demikian, yaitu kemasyarakatan yang
menunjukan otonomi pada kelompoknya dan tidak adanya ikatan yang kuat terhadap
lingkungan, merupakan bukti yang jelas sebagai salah satu ciri dari primordial
masyarakat ladang...
Tata Letak Perumahan dan
Lahan Garapan.
Letak permukiman terhadap lahan garapan yang terpisah-pisah memberikan
gambaran satu otonomi tersendiri terhadap keluarga. Karena kesejahteraan dan
penghasilan keluarga tidak ditentukan oleh sistem secara umum tapi lebih
ditentukan lahan garapan yang dimiliki oleh keluarga itu sendiri. Dari kasus
inilah maka kekerabatan dalam satu kelompok keluarga sangatlah penting dan
otonomi terhadap kelompok menjadi besar sementara itu ikatan terhadap kelompok
besar menjadi tidak terlalu penting.
Dari data tersebut jelas
tampak bahwa masyarakat Madura sebenarnya dapat dikelompokan sebagai primordial
masyarakat ladang. Meskipun tidak memiliki ladang yang berpindah-pindah, tapi
karakter utamanya sangat berdekatan sekali. Sebagai pembanding adalah
masyarakat Sunda maupun masyarakat Minang. Inilah sebenarnya yang menjadi
kekhususan Madura sebagai peladang tetap, atau yang oleh Kuntowijoyo (2002)
disebut sebagai masyarakat tegalan. Posisi yang demikian menjelaskan
kepada kita bahwa makna ruang pada tanean jelas sekali menunjukan adanya
otonomi penghuninya, kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya, serta
kerenggangan yang terjadi terhadap hubungan antar permukiman...
Sistem Ritual
Dalam hal hajatan posisi laki laki dan perempuan tampak dari pembagian
kelompokkelompok perempuan dan laki laki. Laki laki ada di depan, sementara
posisi perempuan berada di samping yaitu di dalam rumah. Pertunjukan dilakukan
di halaman keluarga atau tanean. Orientasi menghadap ke barat atau
searah dengan langgar. Apabila acara tersebut tidak terlalu besar maka semakin
jelas fungsi langgar sebagai tempat melakukan ritual tersebut. Pembagian orang
luar-dalam, laki laki dan perempuan tampak dari ritual-ritual tersebut. Prinsip
ini tetap tercermin, laki laki berada di tempat yang terbuka atau luar
sementara perempuan berada di serambi yang terlindungi dan relatif tertutup
atau dalam. Kehadiran undangan juga mengikuti pola yang sama, undangan laki
laki akan berkumpul dengan laki laki sedangkan undangan perempuan akan
bergabung dengan undangan perempuan. Tampaknya nilai yang seperti ini
memiliki kesamaan dengan nilai religi Islam, dimana laki laki dan perempuan
memiliki pemisahan yang jelas...
Dhukon atau dukun dan kyai, sebagai orang yang
dianggap sakti, dipandang lebih tahu dari masyarakat kebanyakan. Dalam ritual
keluarga dan masyarakat dukun atau kyai memiliki fungsi yang sama yaitu
menyatukan atau pengantara antara dunia atas dan dunia bawah dalam kehidupan
manusia. Manusia dipandang tidak akan mampu mencapai yang transenden tanpa
perantara orang yang dianggap sakti dan tahu. Hubungan ini tampak dari susunan
ruang antara dunia atas dan bawah, laki laki dan perempuan, luar dan dalam yang
disatukan dalam dunia transenden lewat ritual-ritual tersebut. Prinsip yang
demikian ini terlihat sekali dalam susunan ruang pada tanean lanjang,
dengan sumbu utara-selatan dan barat-timur...
Pusat aktivitas yaitu tanean,
menjadi jelas maknanya sebagai pusat ritual masyarakatnya. Pengecualian makna ini
tidak berlaku pada tanean lanjang yang memiliki susunan rumah yang
berhadap-hadapan, meskipun berbeda dalam hirarki tetapi fungsi pusat untuk
menyatukan tetap berlangsung dengan baik. Perkecualian ini terjadi karena
prinsip mahalnya lahan. Keterbatasan lahan sejak dahulu menjadi problem utama
penyusunan ruang tersebut...
Prinsip yang dianut
yaitu tidak diperkenankan mengurangi lahan garapan, mengakibatkan susunan
perumahan yang saling
berdesakan dan tidak beraturan. Makna ruang memenuhi fungsi ritual tidak saja
sebagai pengikat, atau fungsi duniawi saja tetapi lebih dari itu bahwa ruang
dalam tanean juga memiliki makna ritual bagi pencerminan kehidupan religi
masyarakatnya. Posisi susunan perumahan di Madura mengikuti pola-pola yang
demikian, dimana keluarga yang berkedudukan lebih tua selalu menempati posisi
paling barat. Pada rumah tonghuh selalu berada paling barat dan
ditempati cikal bakal perumahan tersebut atau yang menggantikannya yang paling
tua dalam hubungan kekeluargaan. Pada tanean lanjang dengan posisi
generasi yang paling panjang maka posisi rumah tonghuh selalu dipakai
orang yang paling tua dalam jabatan kekeluargaan. Sementara itu bila orang yang
paling tua meninggal maka rumah tersebut akan ditempati keturunan yang paling
tua, yaitu perempuan yang paling tua. Ukuran tua tidak hanya
berdasarkan atas kelahiran tetapi juga waktu perkawinan. Tampak sekali
bahwa susunan ruang mencerminkan hirarki status keluarga...
(@gus Lempar)
Posting Komentar