Bagi warga Madura yang bermukim di Kabupaten Bangkalan, nama Kecamatan Arosbaya mungkin sudah tak asing lagi. Atau mungkin juga bagi sebagian besar masyarakat Madura. Utamanya yang senang membaca Babat Tanah Madura. Ini karena nama Arosbaya kerap disebut sebagai pusat perkembangan dan peradapan suku Madura, khususnya di wilayah Madura bagian Barat. Lebih-lebih karena di Arosbaya pulalah agama Islam pertama kali disebarkan ke seantero Madura.
Tulisan di atas bukan bermaksud mengorek sejarah Madura, atau pun penyebaran agama Islam di Madura. Semata karena fokus tulisan ini tertuju pada sebaris huruf yang tersusun menjadi kata A-R-O-S-B-A-Y-A.
Legenda yang kuat mengakar di masyarakat Kecamatan Arosbaya, muasal nama Arosbaya bermuara dari keberadaan Buju' Resbejeh, yakni asta keramat yang lokasinya berada di pemakaman umum Morouk di Kampung Pandian, Desa/Kecamatan Arosbaya. Resbejeh sendiri merupakan dialek masyarakat Madura untuk mengucap nama Arosbaya.
Syandan, makam tersebut diyakini merupakan kuburan dari R. Abdul Wahid Trunokusumo. Beliau merupakan penyiar Islam yang berasal dari Solo. Itu sebagaimana disampaikan oleh juru kunci Buju' Resbejeh, Ismail.
Diceritakan lebih detail oleh beliau, berdasar penuturan yang telah diyakini kebenarannya oleh masyarakat Arosbaya, kali pertama menginjakkan kaki di Madura Barat, R. Abdul Wahid Trunokusumo langsung berziarah ke sebuah makam seorang wanita. Lokasinya saat ini persis berada disebelah barat Buju’ Resbejeh. Hingga kini, makam dimaksud masih terpelihara dan tidak diketahui identitasnya. ‘Kemudian setelah meninggal, beliau dimakamkan di lokasi yang sekarang ini banyak disebut sebagai Buju' Resbejeh," tutur Ismail yang kini juga berprofesi sebagai pandai besi ini. Tentang muasal nama Arosbaya sendiri, pria yang juga seorang guru ngaji ini merujuk dari cerita dari mulut ke mulut yang didengar dari tetua kampung setempat.
Konon, cerita Ismail, raja setempat yang oleh masyarakat Arosbaya dikenal bernama Gusteh Nyo'on, pemah bermimpi bahwa di makam R. Abdul Wahid Trunokusumo tersebut berpenghuni seekor buaya putih. Buaya dimaksud dalam wujudnya mempunyai sebilah keris yang terselip di pinggangnya.
"Katanya, bhejeh pote nyongkel kerres. Akhimya padanan dari kerres dan bhejeh tersebut, digabung jadi satu dan menjadi nama Resbejeh. Dalam dialog Bahasa Indonesia, menjadi Arosbaya," terang Ismail.
Dari versi cerita warga yang lain, Ismail juga mengutip sebuah cerita tentang muasal nama Resbejeh. Meski agak serupa, namun sama sekali tak sama. Dimana, ujar Ismail, lewat mimpinya juru kunci Buju' Resbejeh sebelumnya yang bemama Abdur Rasyid pernah bermimpi bahwa disekitar Buju' Resbejeh tersebut ada penampakan berwujud buaya putih yang ekornya berupa sebilah keris.
"Dua versi cerita tersebut sama-sama diyakini kebenarannya oleh masyarakat sekitar sebagai muasal nama Resbejeh atau Arosbaya," tutur Ismail. Sebagai makam yang dikeramatkan oleh warga sekitar, Buju' Resbejeh sudah lama dikenal memiliki karomah. Beberapa di antaranya diakui sebagai lokasi yang mustajabah untuk memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa. Namun, serupa beberapa makam aulia' lainnya, di Buju' Resbejeh juga dikenal sejumlah 'ritual' khusus kala berdoa.
Dalam hal ini, sang juru kunci Ismail kembali membeber fakta yang diperoleh dari mimpinya. Dijelaskan, dalam sebuah tidurnya, pria yang telah dikarunia dua orang anak ini mengaku seakan berada di sekitar Buju' Resbejeh. Saat hendak masuk ke dalam bangunan makam, dirinya disambut oleh salah seorang yang berpakaian serba putih. Sayang, saat itu dirinya tak bisa melihat wajah sang penyambut yang di kepalanya dibelit sorban putih tersebut. Namun diyakini yang bersangkutan adalah R. Abdul Wahid Trunokusumo yang dimakamkan di Buju' Resbejeh. Sementara di belakangnya berdiri banyak pengikutnya yang berpakaian juga serba putih dengan cadar ala ninja.
Lazimnya masuk ke komplek makam, Ismail bercerita langsung bersila dan hendak memanjatkan doa kubur. Namun, sontak pria yang berpakaian dan bersorban serba putih tersebut mencegahnya. Kemudian berujar, "Maos Sorat Al-Kahli 7 kaleh (Membaca Surat Al-kahfi 7 kali)".
"Dalam mimpi, saat itu saya agak kaget. Sebab Al-Kahfi kan lumayan panjang. Meski demikian, saya langsung membacanya. Namun, sebelum menyelesaikan satu ayat pertama dari al-Kalifi, saya terbangun. Sejak saat itu, saya berkeyakinan bahwa di Buju' Resbejeh ini, kalau hendak berdoa sebaiknya diawali dengan bacaan Al-Kahfi tujuh kali. InsyaAllah terkabul. Namun ingat, semuanya tak lepas dari kuasa Sang Maha Esa,” pungkasnya.(Agus Lempar)
Dikutib dari :
Harian Radar Madura 4 Oktober 2007
Oleh :
Edi Kurniadi
Posting Komentar