KEPERGIAN Raden Panji Mohammad Noer, mantan Gubernur Jawa Timur, menyisakan duka yang mendalam bagi warga Jawa Timur, terutama masyarakat Madura. Kebaikan, keshalehan dan kedermawanan pria yang akrab disapa M. Noer atau Pak Noer ini terukir di hati sanubari rakyat. Mengenang kepergian mantan Gubernur Jawa Timur M. Noer, ada kisah menarik dan inspiratif yang sering disampaikannya. Dalam berbagai acara, ada satu cerita yang selalu disampaikan dalam sambutan Pak Noer, yakni keuletan orang Madura. ”Coba lihat di Kantor Pos Kebonrojo Surabaya,” kata Pak Noer di sebuah acara di gubernuran beberapa tahun lalu. ”Di situ orang-orang Madura justru berjualan perangko di pabriknya perangko, ternyata laku.” Menurut Pak Noer, secara logika dagang mustahil menyaingi kantor pos untuk berjualan perangko, tapi itu dilakukan oleh orang Madura meskipun hanya sebagai pedagang kaki lima. ”Harga perangko di PKL Madura ini tentu lebih mahal tapi orang Madura tidak kurang akal, dia sediakan barang tambahan yaitu kertas surat, amplop, dan pulpen sehingga orang yang mendadak ingin menulis surat bisa dikerjakan di situ,” tuturnya bangga. ”Hidupnya PKL di situ karena banyak orang malas masuk kantor pos hanya untuk beli perangko saja, dengan tambahan Rp 500 di PKL bisa minta penjualnya sekalian titip memasukkan surat ke kotak pos,” jelas Pak Noer lagi.Tapi, sambung Pak Noer, orang Madura juga punya kelemahan. ”Kalau merasa sukses di rantau, lantas kawin lagi karena punya istri lebih dari satu itu dianggap kebanggaan,” katanya yang disambut tawa hadirin. Kisah-kisah tentang orang Madura itu menunjukkan kepahamanan Mohammad Noer terhadap rakyat Madura, tempat kelahiran dan pengabdiannya sebelum menjadi Gubernur Jatim. Saking dekatnya dia dengan Madura sehingga namanya menjadi melegenda seolah-olah menjadi gubernur seumur hidup. Anekdot tentang orang Madura dan gubernur menggambarkan soal itu. Jika ditanyakan siapa gubernur Jatim? Orang Madura menjawab, “Pak Noer.” Lho, bukannya Pakde Karwo? Orang Madura menjawab, ” Pakde Karwo kan cuma penggantinya.” Para tetangga dan saudara di Sampang pun punya cerita kebiasaan mantan Duta Besar RI untuk Prancis itu. Seperti dituturkan H. Ismail, kemenakannya. Menurut Ismail, kalau berkunjung ke Sampang saat Lebaran maupun acara lain, selalu singgah di rumah KH Raden Panji Ahmad Nuruddin, kakak kandungnya di Jl. Trunojoyo Kelurahan Rongtengah, Kec. Kota. Baik saat kakaknya masih hidup maupun setelah meninggal dunia. Di situ, cerita dia, Pak Noer yang menikahi Mas Ayoe Siti Rachma dan dikarunia 8 anak suka mencarter dokar bersama warga. Naik dokar menjadi tradisi warga Sampang setiap menjelang Lebaran. Itu tetap dilakukan ketika masih sehat. Naik dokar itu sampai ke Sumber Otok di Desa Taddan, Kec. Camplong, dengan jarak tempuh 7 kilometer. ”Pak Noer itu warga lainnya merasakan bahagia naik dokar sambil rekreasi di tempat pemandian Sumber Otok,” tutur Ismail. Jauhariyah, tetangganya di Kampung Somor Pompa, Jl. Merapi, menuturkan, jika datang ke Sampang, putra Madura kelahiran 13 Januari 1918 itu memberi sedekah.”Pak Noer itu orangnya dermawan, setiap datang terutama pas Lebaran pasti menyantuni orang miskin dan anak yatim. Kami benar-benar bangga dan kehilangan atas kepergiannya,” katanya. Ismail kembali bertutur, Pak Noer itu prihatin dengan kondisi Madura. Menurut Pak Noer, kata Ismail, Madura dari tahun ke tahun tidak ada kemajuan sama sekali. ”Setiap kali saya datang ke Madura, pemandangannya tidak pernah berubah. Padahal kalau melihatperkembangan daerah lain, sudah maju pesat,” keluh Pak Noer seperti ditirukan kemenakannya itu. Karena itu begitu jembatan Suramadu yang digagasnya bertahun-tahun itu jadi, Pak Noer senang bukan main. Diharapkan, jembatan itu menjadi jalan kemajuan Madura. Akrab dengan wartawan, prima dengan Pola hidup 'SEHAT' dan Shalat Subuh Semasa menjabat sebagai Gubernur Jatim pada 1967–1976, M. Noer sangat akrab dengan kalangan wartawan. Pak Noer memiliki kebiasaan meminta masukan kepada para wartawan sebelum melakukan kunjungan kerja ke suatu daerah. “Selain sebagai bahan, Pak Noer selalu meminta masukan wartawan karena tak ingin mendapat informasi asal bapak senang saja,” kata Mochtar, salah satu wartawan senior. Selain kebiasaannya mencari second opinion, M. Noer terkenal karena kesehatannya yang prima. Terbukti, lelaki kelahiran Kampung Beler, Desa Rong Tengah, pinggiran kota Sampang ini baru menderita sakit cukup parah setahun belakangan atau saat usianya menginjak 92 tahun. SEHAT, inilah singkatan khusus M. Noer bagi kesehatannya yang pria. “SEHAT itu adalah Seimbangkan gizi, Enyahkan rokok, Hindari stress, Ambil tensi secara teratur, dan Teratur berolahraga. Kalau semua bisa dijalankan dengan baik, semua orang bisa panjang umur,” katanya saat masih sehat dulu.Keteraturan memang menjadi salah satu ciri utamanya. Mantan anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) di masa Presiden Soeharto itu tidur pukul 22.00 dan bangun pukul 04.30. Setelah shalat subuh dan mandi, koran dan majalah menjadi sarapan berikutnya. Sarapan yang asli baru disantapnya pukul 08.00. Soal olahraga, M. Noer tak hanya berbicara. Tiap hari ia upayakan untuk gerak badan, paling tidak 15 menit. Selain itu, ia juga berenang secara teratur. Penggagas Jembatan Suramadu M. Noer telah tiada, tapi keringat dan pikirannya masih bisa dinikmati warga Jawa Timur setiap hari. Bagi siapapun yang melintasi Jembatan Suramadu sepanjang 5,4 km yang menghubungkan Surabaya dan Madura, mereka tidak bisa lepas dari perasan otak cerdas Pak Noer. “Sebagai pemimpin, kita memang harus berpikir ke depan, jangan hanya berpikir saat ini,” katanya kepada sebuah koran.Ide jembatan penghubung pulau Jawa dan Madura itu konon sudah muncul di benaknya sejak 1950. Tak heran bila dia menjadi salah satu undangan penting saat peresmian jembatan sepanjang 5,4 km itu. Atas jasanya itu, Bupati Bangkalan, Fuad Amin mengusulkan agar M. Noer dijadikan nama jalan akses Suramadu. Putra Terbaik Madura yang melayani dan mengayomi rakyat Raden Panji Mohammad Noer dilahirkan di Sampang Madura, 13 Januari 1918. M. Noer putra ketujuh dari 12 anak pasangan Raden Aria Condropratikto dan Raden Ayu Siti Nursiah, dua-duanya keturunan bangsawan Madura. M. Noer menikahi Mas Ayu Siti Rachma, tahun 1941. Mereka dikaruniai empat putri dan empat putra. Putra Madura ini memulai karir pangreh prajanya tahun 1939, magang di Kantor Kabupaten Sumenep, begitu tamat dari MOSVIA Magelang. Sejak itu sampai menjadi gubernur, M. Noer mengabdikan dirinya sebagai pamong praia. la pernah menjadi anggota MPR dan DPA. Tahun 1976-1980, M. Noer mendapat tugas menjadi Duta Besar RI di Prancis. Mohammad Noer Menjabat Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur selama dua periode tahun 1967-1976. Pada periode pertama menjabat gubernur mengedepankan tiga program kerja, pertama: meningkatkan kewibawaan dan martabat aparatur dikantor gubernuran, kedua: memupuk sikap kegotongroyongan, ketiga: Pembangunan ekonomi yang produktif serta tidak bersifat Mercu Suar dan berorientasi pada rakyat di daerah minus dan terisolasi. Dalam kepemimpinannya Mohammad Noer lebih banyak ke Daerah tingkat II untuk bertatap muka dengan rakyatnya. Pada Repelita I mencanangkan program 3 P, yaitu Pendidikan, Pangan dan Perhubungan. Reputasi Gubernur Muhammad Noer memuncak sejak Propinsi Jawa Timur dinyatakan sebagai Propinsi terbaik dalam melaksanakan pembangunan selama REPELITA I. Oleh karena itu penghargaan Pemerintah Republik Indonesia diserahkan langsung Oleh Presiden Soeharto kepada Gubernur Mohammad Noer atas nama rakyat Jawa Timur menerima Parasamya Purnakarya Nugraha pada tanggal 21 Agustus 1974 di Surabaya.M. Noer dikenal sebagai sesepuh masyarakat Jawa Timur. Ketika menjadi pemimpin nomor satu di Jawa Timur, ia sangat menekankan pelayanan kepada masyarakat, dengan pesan khusus "bahwa masyarakat Jawa Timur adalah masyarakat yang dinamis, agresif dan memiliki karakteristik khusus. Agar diterima menjadi pimpinan di Provinsi Jawa Timur maka pemimpin harus mau melayani rakyat, tahu menempatkan diri serta mampu mengayomi rakyat. Pemimpin juga harus mampu memberdayakan rakyat secara baik. Insya Allah ia tidak mendapatkan masalah berarti, bahkan bisa memimpin Jawa Timur selama 2 periode seperti dirinya". Bahkan hingga di usia lebih dari 90 tahun masih aktif dalam berbagai kegiatan sosial, keagamaan, kemasyarakatan, ilmiah dan lain-lain. M. Noer tak pernah berhenti berpikir dan berkarya. Tujuan utamanya meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pendidikan sumber daya manusia. Sebab, tujuan kemerdekaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, membuat wong cilik biso minggo kemuyu (orang kecil bisa sejahtera). Wasiat Shalat di Tiga Masjid Mantan Gubernur Jatim, H Muhammad Noer meninggal dunia, Jumat (16/4/2010) di Rumah Sakit (RS) Darmo, Surabaya, meninggalkan 8 orang anak dan 21 orang cucu. Sedemikian tinggi kecintaannya kepada masjid, sebelum menghembuskan nafas terakhir, pria yang berusia 93 tahun ini meninggalkan wasiat agar jenazahnya dishalatkan di tiga masjid besar, yaitu Masjid Al-Falah Surabaya, Masjid Agung Bangkalan dan Masjid Agung Sampang.Rakyat Jawa Timur berduka. Ribuan orang memberikan penghormatan dan mengantarkan jenazah penggagas Jembatan Suramadu itu ke makam keluarga Ghurung Porba, Desa Somor Kompa, Rongtengah, Sampang, (17/4/2010). (Agus Lempar)
Unordered List
Sabtu, 10 Agustus 2013
1 Momamad Noer : Gubernur Legendaris Kaya Kisah Inspiratif
KEPERGIAN Raden Panji Mohammad Noer, mantan Gubernur Jawa Timur, menyisakan duka yang mendalam bagi warga Jawa Timur, terutama masyarakat Madura. Kebaikan, keshalehan dan kedermawanan pria yang akrab disapa M. Noer atau Pak Noer ini terukir di hati sanubari rakyat. Mengenang kepergian mantan Gubernur Jawa Timur M. Noer, ada kisah menarik dan inspiratif yang sering disampaikannya. Dalam berbagai acara, ada satu cerita yang selalu disampaikan dalam sambutan Pak Noer, yakni keuletan orang Madura. ”Coba lihat di Kantor Pos Kebonrojo Surabaya,” kata Pak Noer di sebuah acara di gubernuran beberapa tahun lalu. ”Di situ orang-orang Madura justru berjualan perangko di pabriknya perangko, ternyata laku.” Menurut Pak Noer, secara logika dagang mustahil menyaingi kantor pos untuk berjualan perangko, tapi itu dilakukan oleh orang Madura meskipun hanya sebagai pedagang kaki lima. ”Harga perangko di PKL Madura ini tentu lebih mahal tapi orang Madura tidak kurang akal, dia sediakan barang tambahan yaitu kertas surat, amplop, dan pulpen sehingga orang yang mendadak ingin menulis surat bisa dikerjakan di situ,” tuturnya bangga. ”Hidupnya PKL di situ karena banyak orang malas masuk kantor pos hanya untuk beli perangko saja, dengan tambahan Rp 500 di PKL bisa minta penjualnya sekalian titip memasukkan surat ke kotak pos,” jelas Pak Noer lagi.Tapi, sambung Pak Noer, orang Madura juga punya kelemahan. ”Kalau merasa sukses di rantau, lantas kawin lagi karena punya istri lebih dari satu itu dianggap kebanggaan,” katanya yang disambut tawa hadirin. Kisah-kisah tentang orang Madura itu menunjukkan kepahamanan Mohammad Noer terhadap rakyat Madura, tempat kelahiran dan pengabdiannya sebelum menjadi Gubernur Jatim. Saking dekatnya dia dengan Madura sehingga namanya menjadi melegenda seolah-olah menjadi gubernur seumur hidup. Anekdot tentang orang Madura dan gubernur menggambarkan soal itu. Jika ditanyakan siapa gubernur Jatim? Orang Madura menjawab, “Pak Noer.” Lho, bukannya Pakde Karwo? Orang Madura menjawab, ” Pakde Karwo kan cuma penggantinya.” Para tetangga dan saudara di Sampang pun punya cerita kebiasaan mantan Duta Besar RI untuk Prancis itu. Seperti dituturkan H. Ismail, kemenakannya. Menurut Ismail, kalau berkunjung ke Sampang saat Lebaran maupun acara lain, selalu singgah di rumah KH Raden Panji Ahmad Nuruddin, kakak kandungnya di Jl. Trunojoyo Kelurahan Rongtengah, Kec. Kota. Baik saat kakaknya masih hidup maupun setelah meninggal dunia. Di situ, cerita dia, Pak Noer yang menikahi Mas Ayoe Siti Rachma dan dikarunia 8 anak suka mencarter dokar bersama warga. Naik dokar menjadi tradisi warga Sampang setiap menjelang Lebaran. Itu tetap dilakukan ketika masih sehat. Naik dokar itu sampai ke Sumber Otok di Desa Taddan, Kec. Camplong, dengan jarak tempuh 7 kilometer. ”Pak Noer itu warga lainnya merasakan bahagia naik dokar sambil rekreasi di tempat pemandian Sumber Otok,” tutur Ismail. Jauhariyah, tetangganya di Kampung Somor Pompa, Jl. Merapi, menuturkan, jika datang ke Sampang, putra Madura kelahiran 13 Januari 1918 itu memberi sedekah.”Pak Noer itu orangnya dermawan, setiap datang terutama pas Lebaran pasti menyantuni orang miskin dan anak yatim. Kami benar-benar bangga dan kehilangan atas kepergiannya,” katanya. Ismail kembali bertutur, Pak Noer itu prihatin dengan kondisi Madura. Menurut Pak Noer, kata Ismail, Madura dari tahun ke tahun tidak ada kemajuan sama sekali. ”Setiap kali saya datang ke Madura, pemandangannya tidak pernah berubah. Padahal kalau melihatperkembangan daerah lain, sudah maju pesat,” keluh Pak Noer seperti ditirukan kemenakannya itu. Karena itu begitu jembatan Suramadu yang digagasnya bertahun-tahun itu jadi, Pak Noer senang bukan main. Diharapkan, jembatan itu menjadi jalan kemajuan Madura. Akrab dengan wartawan, prima dengan Pola hidup 'SEHAT' dan Shalat Subuh Semasa menjabat sebagai Gubernur Jatim pada 1967–1976, M. Noer sangat akrab dengan kalangan wartawan. Pak Noer memiliki kebiasaan meminta masukan kepada para wartawan sebelum melakukan kunjungan kerja ke suatu daerah. “Selain sebagai bahan, Pak Noer selalu meminta masukan wartawan karena tak ingin mendapat informasi asal bapak senang saja,” kata Mochtar, salah satu wartawan senior. Selain kebiasaannya mencari second opinion, M. Noer terkenal karena kesehatannya yang prima. Terbukti, lelaki kelahiran Kampung Beler, Desa Rong Tengah, pinggiran kota Sampang ini baru menderita sakit cukup parah setahun belakangan atau saat usianya menginjak 92 tahun. SEHAT, inilah singkatan khusus M. Noer bagi kesehatannya yang pria. “SEHAT itu adalah Seimbangkan gizi, Enyahkan rokok, Hindari stress, Ambil tensi secara teratur, dan Teratur berolahraga. Kalau semua bisa dijalankan dengan baik, semua orang bisa panjang umur,” katanya saat masih sehat dulu.Keteraturan memang menjadi salah satu ciri utamanya. Mantan anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) di masa Presiden Soeharto itu tidur pukul 22.00 dan bangun pukul 04.30. Setelah shalat subuh dan mandi, koran dan majalah menjadi sarapan berikutnya. Sarapan yang asli baru disantapnya pukul 08.00. Soal olahraga, M. Noer tak hanya berbicara. Tiap hari ia upayakan untuk gerak badan, paling tidak 15 menit. Selain itu, ia juga berenang secara teratur. Penggagas Jembatan Suramadu M. Noer telah tiada, tapi keringat dan pikirannya masih bisa dinikmati warga Jawa Timur setiap hari. Bagi siapapun yang melintasi Jembatan Suramadu sepanjang 5,4 km yang menghubungkan Surabaya dan Madura, mereka tidak bisa lepas dari perasan otak cerdas Pak Noer. “Sebagai pemimpin, kita memang harus berpikir ke depan, jangan hanya berpikir saat ini,” katanya kepada sebuah koran.Ide jembatan penghubung pulau Jawa dan Madura itu konon sudah muncul di benaknya sejak 1950. Tak heran bila dia menjadi salah satu undangan penting saat peresmian jembatan sepanjang 5,4 km itu. Atas jasanya itu, Bupati Bangkalan, Fuad Amin mengusulkan agar M. Noer dijadikan nama jalan akses Suramadu. Putra Terbaik Madura yang melayani dan mengayomi rakyat Raden Panji Mohammad Noer dilahirkan di Sampang Madura, 13 Januari 1918. M. Noer putra ketujuh dari 12 anak pasangan Raden Aria Condropratikto dan Raden Ayu Siti Nursiah, dua-duanya keturunan bangsawan Madura. M. Noer menikahi Mas Ayu Siti Rachma, tahun 1941. Mereka dikaruniai empat putri dan empat putra. Putra Madura ini memulai karir pangreh prajanya tahun 1939, magang di Kantor Kabupaten Sumenep, begitu tamat dari MOSVIA Magelang. Sejak itu sampai menjadi gubernur, M. Noer mengabdikan dirinya sebagai pamong praia. la pernah menjadi anggota MPR dan DPA. Tahun 1976-1980, M. Noer mendapat tugas menjadi Duta Besar RI di Prancis. Mohammad Noer Menjabat Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur selama dua periode tahun 1967-1976. Pada periode pertama menjabat gubernur mengedepankan tiga program kerja, pertama: meningkatkan kewibawaan dan martabat aparatur dikantor gubernuran, kedua: memupuk sikap kegotongroyongan, ketiga: Pembangunan ekonomi yang produktif serta tidak bersifat Mercu Suar dan berorientasi pada rakyat di daerah minus dan terisolasi. Dalam kepemimpinannya Mohammad Noer lebih banyak ke Daerah tingkat II untuk bertatap muka dengan rakyatnya. Pada Repelita I mencanangkan program 3 P, yaitu Pendidikan, Pangan dan Perhubungan. Reputasi Gubernur Muhammad Noer memuncak sejak Propinsi Jawa Timur dinyatakan sebagai Propinsi terbaik dalam melaksanakan pembangunan selama REPELITA I. Oleh karena itu penghargaan Pemerintah Republik Indonesia diserahkan langsung Oleh Presiden Soeharto kepada Gubernur Mohammad Noer atas nama rakyat Jawa Timur menerima Parasamya Purnakarya Nugraha pada tanggal 21 Agustus 1974 di Surabaya.M. Noer dikenal sebagai sesepuh masyarakat Jawa Timur. Ketika menjadi pemimpin nomor satu di Jawa Timur, ia sangat menekankan pelayanan kepada masyarakat, dengan pesan khusus "bahwa masyarakat Jawa Timur adalah masyarakat yang dinamis, agresif dan memiliki karakteristik khusus. Agar diterima menjadi pimpinan di Provinsi Jawa Timur maka pemimpin harus mau melayani rakyat, tahu menempatkan diri serta mampu mengayomi rakyat. Pemimpin juga harus mampu memberdayakan rakyat secara baik. Insya Allah ia tidak mendapatkan masalah berarti, bahkan bisa memimpin Jawa Timur selama 2 periode seperti dirinya". Bahkan hingga di usia lebih dari 90 tahun masih aktif dalam berbagai kegiatan sosial, keagamaan, kemasyarakatan, ilmiah dan lain-lain. M. Noer tak pernah berhenti berpikir dan berkarya. Tujuan utamanya meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pendidikan sumber daya manusia. Sebab, tujuan kemerdekaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, membuat wong cilik biso minggo kemuyu (orang kecil bisa sejahtera). Wasiat Shalat di Tiga Masjid Mantan Gubernur Jatim, H Muhammad Noer meninggal dunia, Jumat (16/4/2010) di Rumah Sakit (RS) Darmo, Surabaya, meninggalkan 8 orang anak dan 21 orang cucu. Sedemikian tinggi kecintaannya kepada masjid, sebelum menghembuskan nafas terakhir, pria yang berusia 93 tahun ini meninggalkan wasiat agar jenazahnya dishalatkan di tiga masjid besar, yaitu Masjid Al-Falah Surabaya, Masjid Agung Bangkalan dan Masjid Agung Sampang.Rakyat Jawa Timur berduka. Ribuan orang memberikan penghormatan dan mengantarkan jenazah penggagas Jembatan Suramadu itu ke makam keluarga Ghurung Porba, Desa Somor Kompa, Rongtengah, Sampang, (17/4/2010). (Agus Lempar)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 comment
ASSALAMU ALAIKUM.WR.WB.. SAYA TERMASUK ORANG YANG GEMAR BERMAIN TOGEL,SETELAH SEKIAN LAMANYA SAYA BERMAIN TOGEL AKHIRNYA SAYA MENEMUKAN NOMOR SEORANG PERAMAL TOGEL YANG TERKENAL KEAHLIANNYA DI SELURUH DUNIA,NAMANYA
KIYAI_SUNAN DAN SAYA BENAR BENAR TIDAK PERCAYA DAN HAMPIR PINSANG KARNA KEMARIN ANGKA GHOIB YANG DIBERIKAN OLEH KIYAI 4D DI PUTARAN SGP YAITU 2005 TERNYATA BETUL-BETUL TEMBUS. SUDAH 2.KALI PUTARAN SAYA MENAN BERKAT BANTUAN KIYAI
PADAHAL,AWALNYA SAYA CUMA COBA COBA MENELPON DAN SAYA MEMBERITAHUKAN SEMUA KELUHAN SAYA KEPADA KIYAI_SUNAN DISITULAH ALHAMDULILLAH KIYAI_SUNAN TELAH MEMBERIKAN SAYA SOLUSI YANG SANGAT TEPAT DAN DIA MEMBERIKAN ANGKA YANG BEGITU TEPAT..,MULANYA SAYA RAGU TAPI DENGAN PENUH SEMANGAT ANGKA YANG DIBERIKAN KIYAI ITU SAYA PASANG DAN SYUKUR ALHAMDULILLAH BERHASIL SAYA JACKPOT DAPAT 500.JUTA,DAN BETAPA BAHAGIANYA SAYA BERSUJUD-SUJUD SAMBIL BERKATA ALLAHU AKBAR…..ALLAHU AKBAR….ALLAHU AKBAR….SEKALI LAGI MAKASIH BANYAK YAA KIYAI,SAYA TIDAK AKAN LUPA BANTUAN DAN BUDI BAIK KIYAI, BAGI ANDA SAUDARAH-SAUDARAH YANG INGIN MERUBAH NASIB SEPERTI SAYA TERUTAMA YANG PUNYA HUTANG SUDAH LAMA BELUM TERLUNASI SILAHKAN HUBUNGI KIYAI_SUNAN DI NOMOR HP: 082_349_535_132
Posting Komentar